Jumat, 16 Desember 2011

Penginderaan Jauh

Penginderaan JauhPendahuluan---Teknologi remote sensing (penginderaan jauh) berkembang dengan pesat sejak eksplorasi antariksa berlangsung sekitar tahun 1960 an dengan mengorbitnya  satelit-satelit Gemini, Apollo, Sputnik, Solyus. 

Kamera yang mengambil gambar permukaan bumi dari satelit memberikan informasi berbagai gejala dipermukaan bumi seperti geologi,  kehutanan, kelautan dan sebagainya. Teknologi pemotretan udara yang berkembang bersamaan dengan era eksplorasi antariksa seperti sistim kamera majemuk, multispectral scanner, vidicon, radiometer, spectrometer diikut sertakan dalam misi antariksa tersebut pada tahap berikutnya.
Pada tahun 1972 satelit ERTS-1 (sekarang dikenal dengan Landsat) untuk pertama kali diorbitkan Amerika Serikat. 
Satelit ini dikenal dengan satelitpemetaan, dalam waktu pendek disimpulkan bahwa data satelit tersebut potensial untuk menunjang program pemetaan dalam lingkup sangat luas. Sejak itu berbagai satelit sejenis diorbitkan oleh negara-negara maju lain, seperti SPOT oleh Perancis, IRS oleh India, MOSS dan Adeos oleh Jepang, ERS-1 oleh MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa) dan Radarsat oleh Kanada. Pada sekitar tahun 2000 sensor berketelitian tinggi yang semula merupakan jenis sensor untuk mata-mata/intellegence telah pula dipakai untuk keperluan sipil dan diorbitkan melalui satelit-satelit Quickbird, Ikonos, Orbimage-3, sehingga obyek kecil di permukaan bumi dapat pula direkam.  Penggunaan data satelit penginderaan jauh di bidang kebumian telah banyak dilakukan di negara maju untuk keperluan pemetaan geologi, eksplorasi mineral dan energi, bencana alam dan sebagainya. 
 
Di Indonesia penggunaan dalam bidang kebumian belum sebanyak di luar negeri karena berbagai kendala, diantaranya data satelit cukup  mahal, memerlukan software khusus dan paling utama adalah ketersediaan sumberdaya manusia yang terampil sangat terbatas.Dalam pembahasan ini akan lebih ditekankan pada pengenalan informasi geologi dan kondisi lingkungan geologi yang dalam beberapa hal berkaitan dengan kondisi  lingkungan di daerah pertambangan.

Prinsip Dasar

Penginderaan jauh didefinisikan sebagai suatu metoda untuk mengenal dan menentukan obyek dipermukaan bumi tanpa melalui kontak langsung dengan obyek tersebut. Banyak pakar memberi batasan, penginderaan jauh hanya mencakup pemanfaatan gelombang elektromaknetik saja, sedangkan penginderaan yang memanfaatkan sifat fisik bumi seperti kemaknitan, gaya berat dan seismik tidak termasuk dalam klasifikasi ini. Namun sebagian pakar memasukkan pengukuran sifat fisik bumi ke dalam lingkup penginderaan jauh.

Selengkapnya
sumber alam karena fungsinya adalah untuk memetakan potensi sumber alam dan memantau kondisi lingkungan. Para praktisi dari berbagai bidang ilmu mencoba memanfaatkan data Landsat untuk menunjang program

Minggu, 04 Desember 2011

Bencana di Bumi

Bumi kita semakin panas….
Bagaimana nasib bumi ini 5-10 tahun kedepan?
Apa anak cucu kita sanggup hidup di bumi yang panaas banget…sepertinya pada saat itu manusia enggan dan sangat takut keluar rumah karena ga sanggup untuk menahan teriknya Matahari….
ngeri bukan,,,???
Lalu bagaimana manusia beraktifitas, bersosialisasi dan melakukan kegiatan lainnya…??? sedangkan suhu bumi semakin panas dan tentu saja membuat orang2 manjadi mudah emosi dalam kondisi tersebut….siap yang salah???
jawabannya hanya 1…MANUSIA…ya manusia adalah makhluk yang harus bertanggung jawab dengan kondisi bumi seperti sekarang ini…
Memang sudah takdir, yang telah dijelaskan juga dala Al-Qur’an bahwa kerusakan di bumi ini merupakan perbuatan Manusia….
Manusia memang serakah dan selalu merasa bisa menaklukan Dunia….
Allah telah memberikan fisik Manusia untuk dipergunakan sebagai penunjang hidupnya…..Manusia diberikan tangan untuk bekerja, diberikan kaki untuk melangkah diberikan mata untuk melihat dan diberikan telinga untuk mendengar….Tapi Manusia selalu tidak puas dengan hal itu….menciptakan robot dan mesin2 sebagai pengganti tangan manusia, menciptakan kendaraan untuk menggantikan kaki, menciptakan berbagai teknologi yang bisa memudahkan Manusia bisa melihat dan mendenganr jarak jauh bahkan tanpa dibatasi dengan waktu dan tempat sebagai pengganti mata dan telinga…..
Dengan adanya hal tersebut memang kita semua menjadi lebih mudah kita bisa kemanapun, kapanpun. apapun dan dengan siapapun dalam melakukan segala hal. Tapi dengan semakin kerasnya persaingan antara manusia untuk berlomba membuat tenologi untuk menaklukan dunia, semakin banyak pula dampak negatifnya…..Manusia jadi semakin malas karena semuanya jadi serba instan, dengan uang dan teknologi yang ada mereka bisa dengan gampang melakukan segala hal dan manusia pun semakin sombong dengan semua itu, tentu saja hal2 itu dibenci oleh sang pencipta….
Menurut saya semakin manusia ingin menaklukan dunia dengan kemampuannya, Tuhan juga akan semakin menguji sampai dimana kemampuan Manusia.
Coba kita semua pikir apa ada solusi untuk menambal atmosfer bumi yang rusak?
apa ada teknologi yang bisa mencegah gempa bumi, tsunami, banjir, gunung,meletus???masih banyak penyakit2 baru yang datang menyerang manusia dan belum ditemukan obatnya….dari situ kita harusnya berfikir dan menyadari bahwa Tuhan sedang mempertontokan kekuasaanya yang ga bisa dikalahkan oleh Manusia….
Jadi kita tinggal tunggu waktu saja bencana apalagi yang akan datang kepada bumi dan isinya dan menunggu waktu kapan bumi ini hancur.
Untuk menghindari segala bencana itu kita harus selalu ingat sang pencipta dan bersyukur dengan apa yang telah ada saat ini…tidak perlu serakah dan sombong…
semoga bumi ini tidak lekas hancur….Amiiiiieeeennn
bencana di bumi
bencana di bumi

Ilmu Pengetahuan Menemukan Tanda-Tanda Kehancuran Bumi


Yellowstone : Gunung Api Raksasa Yang Siap Meletus
Ada beberapa skenario kiamat yang disusun oleh para ilmuwan di berbagai bidang berdasarkan data-data empiris dan ilmiah sesuai dengan bidang mereka masing-masing. Meskipun kebanyakan data empiris dan ilmiah yang dihimpun oleh para ilmuwan tidak memberikan tanggal pasti kapan kiamat—atau setidaknya bencana global tersebut tiba.
Banyak ilmuwan yang memberikan kesimpulan bahwa bencana global kemungkinan besar akan terjadi pada akhir tahun 2012, seperti yang dijelaskan oleh Lawrence E. Joseph, penulis keturunan Yahudi berkebangsaan Amerika Serikat, dalam buku “Kiamat 2012” (Apocalypse 2012).
Dari beberapa skenario kiamat yang ditawarkan oleh para ilmuwan termasuk Lawrence E. Joseph, maka dapat diambil dua kategori besar skenario kiamat, yaitu kiamat yang berasal dari bumi dan kiamat yang berasal dari angkasa, terlepas dari benar-tidaknya kesimpulan bahwa 2012 merupakan hari kiamat—atau setidaknya tanda awal kiamat sebelum tanda-tanda besar lainnya muncul.
Skenario pertama tentang kiamat rupa-rupanya disebabkan oleh aktivitas bumi yang berlebihan dan, atau menunjukkan sebuah anomali yang tidak lagi terjadi sejak 10.000 tahun lalu.
Anda pernah mendengar tentang taman nasional Yellowstone, Amerika Serikat? Taman nasional Yellowstone terkenal memiliki geyser bernama Old Faithful, yang mampu menyemburkan lebih dari 3.000 liter air dalam waktu kurang dari sepuluh detik. Geyser tersebut rupanya tidak hanya menjadi pusat perhatian para wisatawan yang berkunjung ke taman nasional tersebut, tapi juga para ahli vulkanologi dan geologi yang menyatakan bahwa taman nasional Yellowstone merupakan sebuah gunung berapi raksasa yang berpotensi meletus.

Yakinlah, Anda tidak salah membaca dan saya juga tidak salah mengetik. Anda mungkin bertanya, jika memang taman nasional itu sebuah gunung berapi lalu di mana letak kerucutnya, puncaknya dan kawahnya? Ketika banyak orang menyaksikan keindahan geyser di taman nasional tersebut, mereka sebenarnya tidak sadar bahwa mereka sedang berada di tengah kawah gunung berapi raksasa. Begitu besar diameter kawah Yellowstone, sampai-sampai kita harus terbang untuk melihat kawah taman nasional tersebut secara keseluruhan.
Sekarang, banyak ilmuwan yang menyatakan bahwa taman nasional tersebut merupakan sebuah gunung berapi raksasa yang siap meletus. Kenyataan bahwa Yellowstone kembali menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanis merupakan sebuah anomali yang patut disambut dengan sikap waspada.
J. Tuzo Wilson, seorang ahli geofisika Kanada, yang terkenal dengan teorinya tentang lempeng tektonik, pernah menjelaskan bahwa sebenarnya Yellowstone terletak dalam sebuah ujung barisan gunung api yang tertidur. (Ilmu Pengetahuan Populer, 1999, 2: 228).
Pernyataan Wilson dan kebanyakan ahli geologi lainnya memberikan kita sebuah pemahaman bahwa para ahli geologi telah menyadari bahwa Yellowstone merupakan sebuah gunung berapi yang pernah meletus dan kini menunggu untuk meletus lagi. Bahkan geyser yang menjadi ciri khas taman nasional itu membuktikan bahwa ada sebuah dapur magma aktif.
Kini mungkin saja Yellostone akan menunggu sebuah saat yang tepat sebelum bangun dari tidurnya yang panjang. Jika Yellowstone meletus maka dapat dipastikan bahwa seluruh dunia akan merasakan dampaknya, Amerika Serikat akan luluh-lantak, kemudian disusul kawasan Pasifik dan Atlantik. Kawasan Eurasia, Afrika dan Australia akan tertutup abu, udara menjadi beracun, dan matahari tidak akan pernah terbit selama sekitar sepuluh tahun—bumi akan kembali pada jaman es.
Itu baru Yellostone, belum aktivitas gunung api aktif lainnya misal di Indonesia, Anaka Krakatau, Toba, dll
Magnetosfer Bumi (Sabuk Van Allen) Melemah
Anomali selanjutnya ditunjukkan oleh semakin melemahnya kekuatan magnetosfer bumi. Secara sederhana magnetosfer bumi merupakan sebuah lapisan medan magnet bumi yang bertugas melindungi bumi dan semua penghuninya dari radiasi matahari. Magnetosfer bumi juga memengaruhi pola dan ara pergerakan migrasi spesies hewan tertentu seperti burung camar hingga ikan paus. Tanpa magnetosfer maka bumi akan menjadi sebuah planet tandus yang terus menerus dihujani radiasi matahari. Tanpa magnetosfer, Anda tidak akan dapat keluar rumah tanpa menggunakan pakaian anti radiasi, layaknya pekerja rekator nuklir, atau kulit Anda akan terbakar radiasi dalam waktu kurang dari lima detik.
Franklin M. Branley menjelaskan bahwa sabuk Van Allen, diambil dari nama seoarang anstronom Amerika Serikat, James Van Allen, bertugas melindungi bumi dari radiasi matahari. Sabuk tersebut membentang mulai ketinggian 640 km hingga ketinggian 40.000 km. (Ilmu Pengetahuan Populer, 1999, 1: 104).
Anomali dalam magnetosfer rupanya ditunjukkan dengan semakin melemahnya kekuatan magnetosfer bumi jika dibandingkan 200 tahun lalu. Kini magnetosfer bumi bahkan mengalami sebuah keretakan sepanjang 160.000 kilometer di atas Atlantik, para ilmuwan ahli geologi menyebutnya sebagai anomali Atlantik Selatan. (Joseph, 2008: 65).
Keretakan magnetosfer bumi, menjadi tanda awal dari lenyapnya kekuatan magnetosfer, rupanya membawa dampak serius bagi semua penghuninya, temasuk manusia. Karena lapisan medan magnet bumi tidak hanya berfungsi sebagai perisai anti radiasi, namun juga sebagai sebuah mekanisme yang menjaga kestabilan bumi dan keseimbangan biosfer.
Tanpa medan magnet bumi, maka ekosistem bumi menjadi terganggu. Hewan-hewan yang menggunakan medan magnet sebagai penunjuk arah akan kehilangan kemampuan navigasi. Spesies yang kehilangan kemampuan navigasi jelas akan berpotensi menuju kepunahan. Hilangnya salah satu bagian penting dalam biosfer tentu akan disusul hilangnya bagian lain dalam biosfer, sehingga keseimbangan biosfer yang rapuh akan hancur berantakan.
Semua itu hanya disebabkan oleh hilangnya magnetosfer, yang keberadaannya sering tidak kita sadari. Lenyapnya magnetosfer juga membuat permukaan bumi akan segera terbakar radiasi matahari yang sangat hebat, dan dengan segera membuat permukaan bumi akan hangus terbakar.
Lalu apa yang membuat kekuatan magnetosfer semakin melemah? Inilah pertanyaan mendasar yang mungkin muncul di pikiran Anda. Para ilmuwan yakin inti bumi berupa logam cair dengan panas mencapai sekitar 3.900 derajat celcius. Rotasi inti cair bumi itu membuat sebuah efek medan magnet bumi yang mampu membuat jarum kompas menunjukkan arah utara-selatan.(Sagan dan Leonard, 1982: 36) Sayangnya, semakin lama rotasi inti bumi tersebut semakin lambat, dan tidak mustahil akan berhenti, yang mengakibatkan semakin lemahnya kekuatan magnetosfer. Singkat kata, lenyapnya kekuatan magnetosfer membuat bumi berada dalam kekacauan dan kiamat.
Badai Matahari
Skenario kedua tentang kiamat datang dari kegelapan angkasa raya. Matahari yang kita kenal sebagai sumber energi primer bumi, rupanya tidak selamanya memberikan kebaikannya kepada semua anggota tata surya. Berulang-kali kekuatan matahari yang sedemikian besar hampir menewaskan semua kahidupan bumi dengan serangan radiasi matahari, hingga pengaruhnya terhadap aktivitas badai yang berlebihan pada lima tahun terakhir.
Radiasi matahari merupakan sebuah bentuk ledakan yang diakibatkan oleh perubahan medan magnet matahari. Saya sendiri tidak begitu mengerti tentang bagaimana terjadinya dan mengapa radiasi matahari terbentuk dan bagaimana reaksi dari bintik matahari dengan pancaran radiasi yang sangat berbahaya. Namun, yang jelas, radiasi matahari mempu mencapai dan terlepas menuju tata surya, termasuk bumi.
Beruntung, bumi memiliki magnetosfer yang menahan kekuatan radiasi tersebut, namun terkadang kekuatan radiasi yang begitu besar mampu membuat aktivitas listrik di seluruh dunia menjadi terganggu.
Seringkali aktivitas matahari yang berlebihan mampu membuat listrik di kota-kota besar di dunia menjadi padam hingga terjadinya gangguan pada gelombang radio. Pada dunia modern di mana listrik menjadi sebuah kekuatan yang tidak terpisahkan, padamnya arus listrik akan membuah semua kegiatan dan teknologi modern lumpuh seketika.
Kini banyak ilmuwan mulai menemukan bertumpuk-tumpuk bukti baru bahwa aktivitas matahari yang berlebihan menjadi salah satu penyebab meningkatnya aktivitas badai. Jika memang ada hubungan antara aktivitas matahari dengan tingginya aktivitas badai, maka banyak ilmuwan yang memperkirakan bahwa tahun 2012 aktivitas badai di seluruh dunia akan mengingkat pesat, akibat tingginya aktivitas matahari saat itu.
Aktivitas matahari pada tahun 2012 yang mengingkat pesat rupanya sesuai dengan daur aktivitas matahari, yang kini telah banyak dijelaskan oleh para ilmuwan.
Tumbukan Komet Dan Asteroid
Anomali yang berasal dari angkasa tidak hanya terbatas pada pengaruh dan aktivitas matahari semata, tapi juga pada aktivitas dan perilaku seluruh tata surya terhadap gerakan galaksi.
Lawrence E. Joseph menjelaskan bahwa kini tatasurya sedang berada dalam sebuah awan energi galaksi bima sakti, yang terdiri dari wilayah bermedan magnet tinggi yang menyebabkan seluruh tata surya menghasilkan gelombang kejut yang akan mempengaruhi semua anggota tata surya. (Joseph, 2008: 152-153)
Sebelum membahas efek guncangan terhadap tata surya, ada baiknya kita mengamati aktivitas dan potensi bencana yang berasal dari anggota tata surya yang lain. Para ilmuwan khawatir ada sebuah bencana tersembunyi yang berasal dari tepi tata surya, potensi bencana tersebut berasal dari pusat penyimpanan komet di Awan Oort, asteroid di Sabuk Kuiper, dan sabuk asteroid pada jalur Mars dan Jupiter. Jika kita mengambil Pluto sebagai awal pembagian, maka akan mendapatkan bentuk pembagian seperti ini, Pluto, Sabuk Kuiper, dan Awan Oort.
Singkatnya awan tersebut berada pada bagian paling tepi di tata surya Awan Oort, diberi nama sesuai penemunya yaitu Jan Hendrik Oort, merupakan sebuah awan besar yang mengandung sekitar seratus milyar inti komet yang terentang hingga jarak lima belas trilyun kilometer, dari sinilah semua komet yang kita kenal dilahirkan. Awan tersebut mengandung inti komet dengan diameter yang beragam mulai dari satu kilometer hingga lebih dari delapan puluh kilometer. (Sagan dan Leonard, 1984: 174)
Pada tahun 1950-an, Astronom Amerika Serikat bernama F. L. Whipple, menjajukan pendaptnya banwa sebenarnya komet hanya terdiri dari es dan gas-gas beku lain layaknya bola salju yang kotor. (Encyclopedia Americana, 1991, 2: 365-369). Tapi, kini, banyak ahli astronomi sepakat bahwa “markas” komet di Awan Oort merupakan induk dari komet pembunuh. Sedikit saja gerakan salah dari gaya gravitasi bintang, atau efek lainnya, akan melepaskan komet dari induknya. Salah satu bukti kuat dari tabrakan komet pembunuh terekam dengan jelas di permukaan Jupiter.
Tahun 1994, sebuah komet pembunuh bernama Shoemaker-Levy 9 menabrak Jupiter hingga membuat sebuah luka sebesar bumi di planet tersebut.
Baru-baru ini saya sempat berkunjung ke PP Iptek, di Taman Mini, Jakarta. Ketika berkeliling saya sempat melihat sebuah poster yang dipasang memanjang dari atas ke bawah berjudul, “Teleskop Hubble Menangkap Bencana”.
Terus terang saya kaget tetkala melihat ada foto yang menampakkan akibat benturan komet Shoemaker-Levy 9 di Jupiter. Pada gambar tersebut terlibat dua noda merah kecil yang melukai planet terbesar itu, kita melihat noda merah itu tampak kecil karena dibandingkan dengan ukuran planet tersebut, tetapi apabila dibandingkan dengan bumi, maka noda bekas benturan itu akan nampak sama besar. Secara gampang, apabila ada komet pembunuh sebesar Shoemaker-Levy 9 benar-benar menabrak bumi, maka dapat dipastikan bumi akan binasa, dan semua bentuk kehidupan yang kita kenal akan musnah.
Ancaman terhadap bumi tidak hanya berasal dari Awan Oort, tapi juga dapat berasal dari Sabuk Kuiper, hingga jalur asteroid Mars-Jupiter. Sabuk Kuiper dikenal sebagai lintasan asteroid-asteroid besar yang mungkin memiliki potensi sama mematikannya dengan komet dari awan Oort.
Apabila Pluto, Sedna hingga TRM 11-RM 2 dikeluarkan dari definisi planet menjadi asteroid, maka Pluto Sedna hingga TRM 11-RM 2 merupakan asteroid yang sangat besar. Kita tahu Pluto memiliki ukuran sebesar bulan, sehingga Anda pasti bisa membayangkan akibatnya, jika Pluto menghajar bumi. Lintasan asteroid Mars-Jupiter tampaknya juga menyimpan potensi bencana serupa, seperti halnya sepupunya yang berada di tepi tata surya.
Tahun 1925, Jan Hendrik Oort menerbitkan sebuah teori tentang rotasi galaksi berdasarkan bukti-bukti dari observasi yang telah dilakukannya. Oort memperhitungkan jarak matahari dari pusat galaksi sebagai tolak ukur untuk mengekur rotasi galaksi dan kecepatan orbitnya. (Encyclopedia Americana, 1991, 17: 757). Dengan kata lain, matahari dan seluruh tata surya juga melakukan sebuah revolusi dengan mengorbit pada pusat galaksi bima sakti.
Para ilmuwan dari abad sembilan belas mungkin beranggapan bahwa tatasurya merupakan sebuatu bentuk statis yang diam pada tempanya. Mereka tidak mengerti bahwa matahari sebenarnya melakukan revolusi sebagaimana yang dilakukan planet terhadap matahari. Dengan begitu, revolusi galaksi bima sakti, bisa jadi berakibat pada revolusi matahari dan seluruh tata surya. Celakanya, revolusi tata surya kini sedang melewati awan energi di galaksi bima sakti yang menyebabkan terjadinya guncangan terhadap tata surya, layaknya pesawat yang terbang melintasi cuaca buruk. Guncangan energi, akibat awan energi sungguh berakibat buruk bagi tata surya, dapat memicu hujan komet pembunuh yang berasal dari Awan Oort dan Sabuk Kuiper. Jika itu terjadi maka dapat dipastikan bumi dan planet-planet yang lain akan merasakan bencana akibat hujan komet, dengan dampak yang berbeda-beda.
Dari beragam anomali diatas, kita dapat merangkai perkiraan bagaimana kejadian dari kiamat 2012—jika hal itu benar-benar terjadi.
Pertama, aktivitas matahari yang meningkat pesat pada tahun tersebut, memicu munculnya aktivitas badai yang berlebihan di seluruh dunia, lebih-lebih radiasi matahari kelak akan semakin mudah menembus magnetosfer bumi, akibat semakin lemahnya kekuatan megnetosfer. Sementara itu, perjalanan tata surya melalui awan energi akan menyebabkan guncangan pada seluruh tata surya. Akibatnya tata surya akan semakin panas, guncangan tersebut juga akan memicu hujan komet pembunuh dari wilayah Awan Oort dan Sabuk Kuiper.
Apabila salah komet pembunuh menabrak bumi, maka dapat dipastikan akan terjadi bencana besar yang akan menghancurkan seluruh kehidupan di bumi, para ilmuwan menyebut komet pembunuh sebagai global killer.
Andaikata bumi masih bisa bertahan, baberapa makhluk hidup yang selamat dari benturan komet akan menghadapi bahaya lainnya yaitu letusan beberapa gunung berapi super di Yellowstone, Amerika Serikat, hingga Toba, Indonesia. Sebab benturan komet yang dasyat akan memicu matangnya aktivitas vulkanisme di seluruh dunia, termasuk gunung berapi super. Efek ledakan gunung berapi super akan mempenganruhi seluruh dunia, abu hasil erupsi menutupi seluruh bumi selama sekitar sepuluh tahun, atmosfer menjadi sangat beracun, dan matahari tidak akan terbit selama masa tersebut. Bumi akan musnah dan kehidupan bumi akan sekarat, saat bencana tersebut berakhir maka bumi menghadapi musim dingin nuklir. Saat itu, semua penduduk bumi akan merasakan kepunahan masal seperti yang terjadi 65 juta tahun lalu.
Hal diatas hanyalah sebuah perkiraan dan prediksi para ilmuwan berdasarkan data ilmiah yang mereka peroleh. Memang benar, tidak ada satupun jaminan yang mampu menjamin kiamat akan datang pada tahun 2012, sebagaimana tidak ada satu jaminan bahwa kiamat tidak akan tiba pada tahun itu.
Kiamat merupakan rahasia Tuhan yang paling gelap, sehingga tidak seorangpun yang mampu meramalkan kedatangannya. Namun demikian sungguh beruntunglah bagi siapapun yang telah mempersiapkan kedatangan hari kiamat tersebut, dengan bekal iman dan taqwa. Allahualam.
http://www.kabarindonesia.com

ALAM JUNGKIR BALIK SIAPA YANG PEDULI???

ALAM JUNGKIR BALIK SIAPA YANG PEDULI???

Akhir-akhir ini sering kita mendengar orang menyebut istilah climate change (perubahan iklim). Sebenarnya ada apa dengan perubahan iklim?

Pengertian dari perubahan iklim adalah perubahan komposisi kimiawi atmosfer sejalan dengan penambahan gas rumah kaca terutama karbon dioksida, metan dan asam nitrat. Sehingga kemampuan atmosfer untuk menyaring panas dari gas tersebut tidak berfungsi lagi (http://www.ofm-jpic.org/globalwarming/pdf/indonesian.pdf).



Perubahan iklim terjadi karena dipicu oleh adanya pemanasan global.

Mengapa pemanasan global terjadi?
Pemanasan global terjadi karena efek rumah kaca. Di bumi kita ini memang terjadi, karena rumah kaca mengandung gas-gas karbondioksida atau Co2. Tapi, asal muasal penyebabnya sejak revolusi industri, tepatnya pertengahan abad ke-19. Pemakaian energi fosil meningkat sangat tajam dan kemudian mengemisikan gas-gas rumah kaca. Karena intensitasnya semakin bertambah dan mengumpul di atmosfer bumi, akhirnya menyebabkan sinar matahari yang masuk ke bumi tidak bisa lagi dipantulkan keluar dan akhirnya terjadi pengumpulan panas di atmosfer.

Berapa peningkatan temperatur suhu bumi sampai saat ini?
Panas bumi dari revolusi industri hingga saat ini mengalami kenaikan rata-rata 0,6° Celsius. Tapi ada juga di beberapa daerah yang naiknya hingga 3°.

Negara mana yang paling banyak menyumbang gas karbon?
Negara-negara maju yang kehidupan ekonominya ditunjang oleh industri, seperti Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa. Juga Australia. Negara-negara itu yang berkontribusi besar pada terjadinya global warming sekarang ini.

Apakah Indonesia juga?
Indonesia baru-baru ini iya. Memang data terakhir itu memasukkan Indonesia di posisi nomor tiga penyumbang karbon atau Co2 di seluruh dunia. Tapi itu sebagian besar akibat kebakaran hutan dan konversi lahan. Sementara untuk pemakaian energi fosil, Indonesia masih relatif kecil bila dibandingkan dengan negara-negara maju. Tetapi secara akumulasi atau secara total, Indonesia di posisi ketiga sekarang ini.

Apa dampak paling nyata bagi masyarakat Indonesia?
Indonesia ini unik, karena letaknya di khatulistiwa. Jadi, ada yang berada di utara khatulistiwa dan daerah yang berada di selatan khatulistiwa. Menurut beberapa ahli iklim, efeknya agak beda. Kalau di utara khatulistiwa cenderung lebih basah. Dalam arti curah hujan masih banyak, walaupun secara keseluruhan statusnya kering. Di selatan khatulistiwa kekeringannya lebih intensif. Dengan kata lain terjadi kemarau yang panjang dengan periode musim hujan menjadi lebih pendek. Tapi ketika turun hujan, intensitasnya tinggi. Misalnya terjadi pada Februari lalu. Tapi setelah itu kan curah hujan sudah mulai jarang.

Apa bahayanya?
Bahayanya, ketahanan pangan Indonesia akan terancam. Hal itu dikarenakan ketidakteraturan pola musim yang berakibat tidak jelasnya program penanaman padi. Pertanian di Indonesia sampai saat ini kan masih tergantung pada musim. Hingga sekarang banyak petani yang gagal tanam dan otomatis gagal panen.

Apakah hal tersebut juga berdampak terhadap mata pencaharian nelayan?
Efek perubahan iklim ini juga terjadi peningkatan intensitas badai tropis. Di beberapa tempat di Pantai Selatan terjadi badai tropis dan itu ditengarai merupakan fenomena perubahan iklim yang tidak jelas. Pada akhirnya mengurangi waktu nelayan untuk melaut. Selain itu juga terjadi penenggelaman pulau. Menurut penelitian Departemen Kelautan dan Perikanan, hingga kini ada 200 dari 17.000 pulau di Indonesia yang sudah hilang.

Korelasi antara pemanasan global dan perubahan iklim?
Akumulasi gas rumah kaca menyebabkan kenaikan suhu bumi. Itu yang disebut global warming. Nah, global warming inilah yang kemudian menyebabkan terjadi perubahan cuaca. Kalau hal itu terjadi secara terus-menerus namanya perubahan iklim. Perubahan iklim ini sangat dipengaruhi pola arus. Di Indonesia angin muson barat dan angin muson timur sangat dipengaruhi temperatur dan tekanan udara, karena angin mengalir dari tekanan rendah ke tekanan tinggi. Nah, kenaikan temperatur atau global warming menyebabkan salah satu es di Kutub Utara mencair dan kemudian terjadi peningkatan debit air laut. Ini yang kemudian mempengaruhi pola-pola arus laut.

Langkah apa yang harus dilakukan pemerintah?
Sebenarnya bukan hanya pemerintah Indonesia yang harus mengantisipasi dampak global warming. Hal ini harus dilakukakan semua negara di seluruh dunia, terutama negara-negara industri maju. Karena negara industri maju itulah yang berkontribusi terhadap terjadinya pemanasan global. Kalau pemerintah Indonesia, harus bertanggung jawab atas terjadinya peningkatan emisi asap pembakaran hutan.

Kalau antisipasi itu dijalankan, apakah ada jaminan dampak global warming dapat dikurangi?
Memang kalaupun sekarang terjadi perubahan yang sangat drastis, misalnya pengurangan energi fosil dan pembakaran hutan, dampak global warming masih dapat dirasakan. Hal itu dikarenakan akumulasi gas rumah kaca yang muncul sejak zaman revolusi industri. Tapi kalau kita membiarkan industrialisasi terus berjalan, maka diprediksikan pada 10 tahun ke depan akan menyebabkan planet chaos atau suhu bumi diperkirakan naik rata-rata 2°. Kalau hal itu sampai terjadi, akan menyebabkan perubahan iklim di seluruh dunia yang sulit distabilkan.

Bukankah beberapa negara sepakat menjalankan program peduli lingkungan untuk mengantisipasi dampak global warming, seperti Kyoto Protocol? Apakah isi perjanjian itu sudah dijalankan secara efektif?

Dampak Perubahan Iklim
Perubahan iklim dalam prosesnya terjadi secara perlahan sehingga dampaknya tidak langsung dirasakan saat ini, namun akan sangat terasa bagi generasi mendatang.

Di bawah ini adalah beberapa dampak yang akan terjadi akibat perubahan iklim:
1. Mencairnya es di kutub
2. Meningkatnya permukaan air laut
3. Pergeseran musim







Dampak perubahan iklim bagi Indonesia antara lain:
1. Kenaikan temperatur dan berubahnya musim
2. naiknya permukaan air laut
3. dampak perubahan iklim terhadap sektor perikanan
4. dampak perubahan iklim terhadap sektor kehutanan
5. dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian
6. dampak perubahan iklim terhadap kesehatan


Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Sebagai individu kita mempunyai kewajiban untuk menekan tingkat emisi GRK yang dilepaskan ke atmosfer, yang dihasilkan dari kegiatan kita. Adapun beberapa langkah nyata yang bisa kita lakukan sebagai upaya mengurangi emisi GRK, antara lain:

1. Hemat Listrik
Gunakan penerangan dengan hemat. Penggunaan lampu hemat energi dan penjadwalan penerangan rumah secara tepat (misalnya sejak pk. 18.00-05.00) akan mengurangi konsumsi listrik rumah tangga secara signifikan.

gunakan peralatan elektronik, seperti AC, TV, radio dan komputer seperlunya saja. Jangan lupa untuk mematikan peralatan elektronik yang sedang tidak dipergunakan, misalnya matikan TV dan radio ketika hendak pergi tidur.

Usulkan untuk memberikan penghargaan kepada konsumen listrik yaitu dengan memberikan harga yang lebih rendah kepada konsumen yang menggunakan listrik lebih hemat daripada pengguna listrik besar (cont. industri).

2. Kurangi penggunaan kendaraan pribadi
Kurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi agar dapat menurunkan emisi GRK secara signifikan, karena emisi yang dihasilkan dari kendaraan bermotor cukup besar.

Jika terpaksa menggunakan kendaraan pribadi, upayakan untuk berbagi dengan mereka yang memiliki tujuan yang sama.

Jika harus memiliki kendaraan bermotor pribadi, pilih yang hemat BBM dengan jenis bahan bakar yang lebih bersih, misalnya BBG.

Gunakan sepeda atau berjalan kaki untuk menempuh jarak dekat. Selain dapat menurunkan emisi GRK, berjalan kaki dan bersepeda akan meningkatkan kesehatan

3. Menggunakan kendaraan umum
Gunakan kendaraan umum. Kendaraan umum merupakan cara terbaik untuk mengurangi emisi CO2 dari kendaraan bermotor.

Usulkan kepada pemda untuk menyediakan kendaraan umum yang cepat, nyaman, dan ekonomis.

4. Tanam Pohon
Tanamlah pohon di sekitar lingkungan anda tinggal. Selain berfungsi untuk menyerap emisi GRK, pepohonan juga berfungsi untuk menyegarkan udara di sekitarnya.

5. Dalam pembelian produk
Pilihlah produk lokal daripada produk impor. Secara keseluruhan produk lokal akan memberikan emisi GRK yang lebih kecil daripada produk impor yang dalam proses transportasinya dari negara asal ke Negara tujuan.


(sumber : dari berbagai website)

Hubungan Efek Rumah Kaca, Pemanasan Global dan Perubahan Iklim


Global warming 
Secara umum iklim merupakan hasil interaksi proses-proses fisik dan kimiafisik dimana parameter-parameternya adalah seperti suhu, kelembaban, angin, dan pola curah hujan yang terjadi  pada suatu tempat di muka bumi. Iklim merupakan suatu kondisi rata-rata dari cuaca, dan untuk mengetahui kondisi iklim suatu tempat, diperlukan nilai rata-rata parameterparameternya selama kurang lebih 10 sampai 30 tahun. Iklim muncul setelah berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang kompleks yang terjadi di atmosfer bumi. Kompleksitas proses fisik dan dinamis di atmosfer bumi ini berawal dari perputaran planet bumi mengelilingi matahari dan perputaran bumi pada porosnya. Pergerakan planet bumi ini menyebabkan besarnya energi matahari yang diterima oleh bumi tidak merata, sehingga secara alamiah ada usaha pemerataan energi yang berbentuk suatu sistem peredaran udara, selain itu matahari dalam memancarkan energi juga bervariasi atau berfluktuasi dari waktu ke waktu. Perpaduan antara proses-proses tersebut dengan unsur-unsur iklim dan faktor pengendali iklim menghantarkan kita pada kenyataan bahwa kondisi cuaca dan iklim bervariasi dalam hal jumlah, intensitas dan distribusinya. 
Secara alamiah sinar matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian sinar matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi –disebut gas rumah kaca, sehingga sinar tersebut terperangkap dalam bumi. Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah kaca (ERK) karena peristiwanya sama dengan rumah kaca, dimana panas yang masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan seisi rumah kaca tersebut.
Efek Rumah Kaca
Efek Rumah Kaca
Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia, karena jika tidak ada ERK maka suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih dingin. Gas Rumah Kaca (GRK) seperti CO2 (Karbon dioksida),CH4(Metan) dan N2O (Nitrous Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) and SF6 (Sulphur hexafluoride) yang berada di atmosfer dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak. Selain itu GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan peternakan. GRK yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti karbondioksida, metana, dan nitroksida, menyebabkan meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer.
Berubahnya komposisi GRK di atmosfer, yaitu meningkatnya konsentrasi GRK secara global akibat kegiatan manusia menyebabkan sinar matahari yang dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa, sebagian besar terperangkap di dalam bumi akibat terhambat oleh GRK tadi. Meningkatnya jumlah emisi GRK di atmosfer pada akhirnya menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi, yang kemudian dikenal dengan Pemanasan Global.
Sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan kembali dari permukaan bumi ke angkasa. Setelah dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang panjang yang berupa energi panas. Namun sebagian dari energi panas tersebut tidak dapat menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer sudah terganggu komposisinya. Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas keangkasa (stratosfer) menjadi terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau adanya energi panas tambahan kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga lebih dari dari kondisi normal, inilah efek rumah kaca berlebihan karena komposisi lapisan gas rumah kaca di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata dipermukaan bumi maka terjadilah pemanasan global. Karena suhu adalah salah satu parameter dari iklim dengan begitu berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim secara global.
erk2
Pemanasan global dan perubahan iklim menyebabkan terjadinya kenaikan suhu, mencairnya es di kutub, meningkatnya permukaan laut, bergesernya garis pantai, musim kemarau yang berkepanjangan, periode musim hujan yang semakin singkat, namun semakin tinggi intensitasnya, dan anomaly-anomali iklim seperti El Nino – La Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD). Hal-hal ini kemudian akan menyebabkan tenggelamnya beberapa pulau dan berkurangnya luas daratan, pengungsian besar-besaran, gagal panen, krisis pangan, banjir, wabah penyakit, dan lain-lainnya

Lebih dari 2 Triliun Ton Es Kutub Mencair




Getty Images/Uriel Sinai
Es di Greenland yang kian menyusut karena pemanasan global
LEBIH dari dua triliun ton es di Kutub Utara dan Kutub Selatan mencair sejak tahun 2003. Hasil pengukuran menggunakan data pengamatan satelit GRACE milik NASA itu menunjukkan bukti terbaru dampak dari pemanasan global.
"Antara Greenland, Antartika, dan Alaska, pencairan lapisan es telah meningkatkan air laut setinggi seperlima inci dalam lima tahun terakhir," kata Scott Luthcke, geofisikawan NASA.
Dari pengukuran tersebut, lebih dari setengahnya adalah es yang sebelumnya ada di Greenland. Selama lima tahun, es yang mencair dari Greenland tersebut mengalir ke Teluk Chesapeake dan mengalir ke laut lepas. Bahkan menurut Luthcke, pencairan es di Greenland akan berlangsung semakin cepat.
Mencairnya es di daratan sebenarnya tak berpengaruh langsung terhadap kenaikan muka air laut di seluruh dunia seperti mencairnya lautan beku. Pada tahun 1990-an, pencairan es di Greenland tidak menyebabkan peningkatan air laut yang berarti.
"Namun, saat ini Greenland turut meningkatkan setengah milimeter tingkat air laut per tahun," kata ilmuwan es NASA Jay Zwally. “Pencairan terus memburuk. Ini menunjukkan tanda yang kuat dari pencairan dan amplifikasi. Tidak ada perbaikan yang terjadi,” lanjut Zwally.
Para ilmuwan NASA mempresentasikan temuan baru mereka pada konferensi American Geophysical Union di San Fransisco minggu lalu. Dengan menganalisis perubahan iklim, secara umum para ilmuwan akan melihat yang terjadi beberapa tahun untuk menentukan tren secara keseluruhan.
Sumber :


Betapa Dahsyat Bila Kutub Es Mencair



Dampak efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya pemanasan global bukan permainan kata untuk menakut-nakuti manusia. Selain akan terjadi hujan asam, di hampir sebagian besar belahan dunia, dampak paling buruk peristiwa memantulnya sinar matahari sebelum sampai ke bumi, yaitu mencairnya dataran es di dua kutub. Akibatnya jangan tanya. Gelombang pasang air laut akan segera menyapu separuh daratan se jagad raya.


   Image/Nasa
Peneliti di Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat, NASA dan National Snow and Ice Data Center di Colorado, menipisnya lapisan es di Kutub Utara, melansir temuan yang membuat kita was-was. Lapisan es di Kukub Utara yang tadinya setebal 680.400 kilometer persegi menyusut drastis 43 persen dibanding tahun lalu. ”Tahun lalu jumlah es dengan struktur bentukan kategori muda berkisar 70 persen, saat ini telah mencapai 90 persen,” kata peneliti Ice Data Center, Walt Meier.

Padahal, masih menurut para peneliti ahli, pada musim dingin bertambah 15 juta meliputi 150.000 kilometer persegi. Atau sekitar 720.000 kilometer persegi lebih kecil dibandingkan dengan kondisi rata-rata daratan es di wilayah Kutub utara pada tahun 1979 dengan tahun 2000.

Kondisi semacam itu, papar Meier dalam makalahnya, menyebabkan air laut meninggi dan akan menyapu hampir sebagian luas daratan pantai di belahan bumi. Bisa dibayangkan bila ketebalan es tiga meter atau lebih yang berada di Kutub Utara tiba-tiba mencair bersamaan akibat pemanasan global, berapa meter persegi luas daratan terendam. ”Kita tidak siap menghadapi hal-hal terburuk ketika bencana itu datang pada musim panas tahun depan. Kita benar-benar dalam situasi yang sangat genting saat ini,” ujarnya.

Peringatan bernada mengancam dari para ilmuwan itu bukanlah mengada-ada. Sebab mereka memiliki data akurat tentang proses melelehnya es di belahan Kutub Utara. Kecerobohan para pemilik modal di negara-negara industrialis dituding menjadi salah satu penyebab utama melelehnya lapisan es di Kutub Utara maupun Selatan.

Mereka dituduh menjadi salah satu pelaku perusakan ekosistem global yang mengakibatkan temperatur planet bumi semakin bertambah panas setiap tahun. Mestinya, papar peneliti dan sekaligus Manager Program Wilayah Kutub NASA Tom Wagner, mereka menyadari fungsi bongkahan es di dua Kutub Utara-Selatan sebagai pemantul sinar matahari dari Bumi.

”Mestinya mereka menyadari kalau bongkahan daratan es, yang menyerupai lautan, sebenarnya berfungsi sebagai pemantul alami sinar matahari dari Bumi. Kalau esnya mencair, sinar matahari tidak akan terpantulkan kembali ke udara. Dengan demikian panas matahari akan langsung terserap oleh lautan dan menambah panas temperatur planet,” tandas Tom.

Kecepatan melelehnya bongkahan es di Kutub Utara juga dialami di belahan Kutub Selatan. Bahkan tidak sampai puluhan tahun, bongkahan ”cadas es” yang kokoh di kutub ini telah lenyap disapu panas. Cadas es yang dulunya merupakan tonggak keperkasaan Kutub Selatan di ujung bumi wilayah Selatan tampaknya tidak tahan terhadap gempuran sinar matahari. Tidak hanya itu, gletser di daerah tebing pegunungan es Kutub Selatan pun juga ikut-ikutan mencair terimbas pemanasan global. Kondisi semacam, ujar peneliti kawasan kutub dari Inggris, tentu sangat memprihatinkan.

”Apalagi daerah Wordie Ice Shelf yang rontok sejak tahun 1960-an, juga telah lenyap dari pandangan mata. Selain itu ditemukan di bagian Utara ”Larsen Ice Shelf” juga telah raib. Sementara itu luas daratan es sekitar 8.300 kilo meter perseguí, kini mulai terpisah dari induknya “Larsen Shelf” sejak tahun 1986 lalu,” tulis laporan ilmiah US Global Survey (USGS) dan British Antartic Survey.

Keadaan mencemaskan itu tak urung mengundang kecemasan kalangan pemerintah Amerika Serikat, Australia dan Ingris sebagai negara industrialis perusak lingkungan terbesar dunia. Menteri Dalam Negeri AS Ken Salazar dalam suatu kesempatan dalam pertemuan kepala pemerintahan negara-negara maju di London baru-baru ini, ia mengungkapkan kecemasannya mengenai pemanasan global.

"Berkurangnya gletser di dua kutub yang sangat cepat, memperlihatkan ancaman nyata yang sedang dialami planet kita. Kita tidak memperkirakan perubahan ekosistem global lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Salah satu solusi mengerem dampak yang jauh lebih besar, kita harus segera menghentikan efek rumah kaca,” kata Ken Salazar.

Imbauan Ken Salazar, sebagai Menteri Dalam Negeri AS, tentunya tidak ngawur begitu saja. Sebab jauh-jauh hari, peneliti gletser ternama dari US Global Survey (USGS) telah mewanti-wanti tidak lama lagi gletser akan segera mencair dengan kecepatan tak terpikirkan oleh manusia sebelumnya. ”Kecepatan gletser mencair akibat pemanasan global jauh dari perkiraan para ahli. Bahkan jauh lebih besar dari perhitungan kami,” ujar Jane Ferrigno.

Itulah sebabnya dalam pertemuan para pemimpin negara-negara maju dunia baru-baru ini sepakat untuk menekan emisi buangan yang dapat memperparah efek rumah kaca. Sebab bila tidak dilakukan, efek yang jauh lebih besar tentu akan melanda benua Australia dan dataran lain di kawasan Asia. ”Kalau ini terjadi, Australia dan dataran lain negara-negara di kawasan Asia akan tersapu air pasang laut yang sangat dahsyat,” kata Mc Kahin peneliti senior kawasan Antartika.

Laporan lain yang menguatkan efek mencairnya lapisan es di dua kutub Utara-Selatan dalam waktu dekat datang dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang dilansir di jurnal Geophysical Letters. Para ahli yang tergabung dalam NOAA memperkirakan es di Kutub Utara diperkirakan akan mencair seluruhnya dalam waktu tidak terlalu lama lagi.

”Kalau tidak ada upaya pencegahan pemanasan global, es di Kutub Utara dapat dipastikan akan meleleh lebih cepat dari waktu yang diperkirakan sebelumnya. Tidak akan lama lagi akan terjadi,” ujar peneliti kepala Ekspedisi Kutub Utara Jane Ferrigno.

Dalam pertemuan UN Climate Panel memproyeksikan temperatur atmosfer dunia akan naik 1,8 sampai 4,0 deratjat celsius akibat buangan gas rumah kaca. Bila hal ini dibiarkan terus, ujar Jane Ferrigno, akibat yang lebih dahsyat akan terjadi melibihi bencana badai Tsunami beberapa waktu lalu.

”Bila tidak dicegah, bisa jadi badai Tsunami akan kalah dahsyat dengan efek yang ditumbulkan mencairnya lapisan es di dua kutub. Selain banjir, kemarau menyengat dan gelombang arus panas disertai badai akan menyapu dataran rendah di beberapa belahan dunia. Sementara itu gletser dan lapisan es mencair, keadaan itu dapat menaikkan seluruh permukaan air samudra dan merendam daerah dataran rendah,” tandasnya. Nah bagi berhati-hatilah.
(Dari Berbagai Sumber/Si Oen/Jes)

Pemanasan Global


10 Gejala Pemanasan Global

Lapisan Es yang Kian Menipis
Lapisan Es yang Kian Menipis
Ada yang bilang pemanasan global itu hanya khayalan parapecinta lingkungan. Ada yang bilang itu sudah takdir. Ilmuwan juga masih pro dan kontra soal itu. Yang pasti, fenomena alam itu bisa dirasakan dalam 10 kejadian berikut ini. Dan yang pasti ini bukan imajinasi belaka, sebab kita sudah mengalaminya.

  • Kebakaran hutan besar-besaran
Bukan hanya di Indonesia, sejumlah hutan di Amerika Serikat juga ikut terbakar ludes. Dalam beberapa dekade ini, kebakaran hutan meluluhlantakan lebih banyak area dalam tempo yang lebih lama juga. Ilmuwan mengaitkan kebakaran yang merajalela ini dengan temperatur yang kian panas dan salju yang meleleh lebih cepat. Musim semi datang lebih awal sehingga salju meleleh lebih awal juga. Area hutan lebih kering dari biasanya dan lebih mudah terbakar.
  • Situs purbakala cepat rusak
Akibat alam yang tak bersahabat, sejumlah kuil, situs bersejarah, candi dan artefak lain lebih cepat rusak dibandingkan beberapa waktu silam. banjir, suhu yang ekstrim dan pasang laut menyebabkan itu semua. Situs bersejarah berusia 600 tahun di Thailand, Sukhotai, sudah rusak akibat banjir besar belum lama ini.
  • Ketinggian gunung berkurang
Tanpa disadari banyak orang, pegunungan Alpen mengalami penyusutan ketinggian. Ini diakibatkan melelehnya es di puncaknya. Selama ratusan tahun, bobot lapisan es telah mendorong permukaan bumi akibat tekanannya. Saat lapisan es meleleh, bobot ini terangkat dan permukaan perlahan terangkat kembali.
  • Satelit bergerak lebih cepat
Emisi karbon dioksida membuat planet lebih cepat panas, bahkan berimbas ke ruang angkasa. Udara di bagian terluat atmosfer sangat tipis, tapi dengan jumah karbondioksida yang bertambah, maka molekul di atmosfer bagian atas menyatu lebih lambat dan cenderung memancarkan energi, dan mendinginkan udara sekitarnya. Makin banyak karbondioksida di atas sana, maka atmosfer menciptakan lebih banyak dorongan, dan satelit bergerak lebih cepat.
  • Hanya yang Terkuat yang Bertahan
Akibat musim yang kian tak menentu, maka hanya mahluk hidup yang kuatlah yang bisa bertahan hidup. Misalnya, tanaman berbunga lebih cepat tahun ini, maka migrasi sejumlah hewan lebih cepat terjadi. Mereka yang bergerak lambat akan kehilangan makanan, sementar mereka yang lebih tangkas, bisa bertahan hidup. Hal serupa berlaku bagi semua mahluk hidup termasuk manusia.
  • Pelelehan Besar-besaran
Bukan hanya temperatur planet yang memicu pelelehan gununges, tapi juga semua lapisan tanah yang selama ini membeku. Pelelehan ini memicu dasar tanah mengkerut tak menentu sehingga menimbulkan lubang-lubang dan merusak struktur seperti jalur kereta api, jalan raya, dan rumah-rumah. Imbas dari ketidakstabilan ini pada dataran tinggi seperti pegunungan bahkan bisa menyebabkan keruntuhan batuan.
  • Keganjilan di Daerah Kutub
Hilangnya 125 danau di Kutub Utara beberapa dekade silam memunculkan ide bahwa pemanasan global terjadi lebih “heboh” di daerah kutub.Riset di sekitar sumber airyang hilang tersebut memperlihatkan kemungkinan mencairnya bagian beku dasar bumi.
  • Mekarnya Tumbuhan di Kutub Utara
Saat pelelehan Kutub Utara memicu problem pada tanaman danhewan di dataran yang lebih rendah, tercipta pula situasi yang sama dengan saatmatahari terbenam pada biota Kutub Utara. Tanaman di situ yang dulu terperangkap dalam es kini tidak lagi dan mulai tumbuh. Ilmuwan menemukan terjadinya peningkatan pembentukan fotosintesis di sejumlah tanah sekitar dibanding dengan tanah di era purba.
  • Habitat Makhluk Hidup Pindah ke Dataran Lebih Tinggi
Sejak awal dekade 1900-an, manusia harus mendaki lebihtinggi demi menemukan tupai, berang-berang atau tikus hutan. Ilmuwan menemukan bahwa hewan-hewan ini telah pindah ke dataran lebih tinggi akibat pemanasan global. Perpindahan habitat ini mengancam habitat beruang kutub juga, sebab es tempat dimana mereka tinggal juga mencair.
  • Peningkatan Kasus Alergi
Sering mengalami serangan bersin-bersin dan gatal di matasaat musim semi, maka salahkanlah pemanasan global. Beberapa dekade terakhir kasus alergi dan asma di kalangan orang Amerika alami peningkatan. Pola hidupdan polusi dianggap pemicunya. Studi para ilmuwan memperlihatkan bahwa tingginya level karbondioksida dan temperatur belakangan inilah pemicunya. Kondisi tersebut juga membuat tanaman mekar lebih awal dan memproduksi lebih banyak serbuk sari.
Diterjemahkan secara bebas dari www.livescience.com
Kredit foto www.earthportal.org